Mengupas Proyek Geothermal Gunung Gede Pangrago dari Eksplorasi
Gentra Jabar, KAB. CIANJUR - Gunung gede Pangrango adalah sumber kehidupan, sumber air sekaligus rumah bagi ribuan warga.
Namun di balik keindahannya kini tersimpan konflik besar bernama proyek Geothermal, sebelum tahun 2022 Pemerintah menrtapkan kawasan ini sebagai wilayah kerja panas bumi bagian program dari transisi energi nasional menuju enrgi baru terbarukan.
Pada tahun 2022 PT Daya Mas geopatra anak perusahaan Sinar Mas grup di tetapkan sebagai pemenang tender proyek PLTP, Gunung Gede Pangrango izin ekplorasi dan ekploitasi pun di terbitkan oleh Kementrian ESDM.
Hingga pertengahan 2025 aktivitas lapangan mulai berjalan sekitar 4 hingga 5 hektar kawasan Taman Nasional Gunung gede pangrango di rencanakan untuk pengeboran sejak saat itu ke hawatiran warga mulai menguat soal sumber air, pertanian dan kerudakan ekosistem.
Penolakan mulai bergulir diskusi warga, audensi hingga aksi ke DPRD Cianjur terjadi sejak Mei 2023 namun proyek tetap berjalan, Juli 2025 menjadi titik balik warga menerima surat pemutakhiran Data lahan yang mereka anggap sebagai sinyal awal penggusuran.
Warga mendatangi balai besar TNGGP, sejak saat itu penolakan semakin besar, puncaknya terjadi Rabu 10 Desember 2025 masa menggerudug Pendopo Kabupaten Cianjur menaggih janji Bupati Wahyu yang dahulu nenyatakan akan menolak proyek Geothermal. " Pa Bupati sudah menyatakan penolakan Geothermal dengan wisata alamnya itu saat kampanye nah pada hari ini masyarakat di sekitar gunung gede pangrango dan masyarakat Cianjur dan dengan adanya proyek Geothermal kita menolak juga kesini kita datang hanya untuk menagih janji pada Bapak Bupati yang tempo dulu di sampaikan." Ucap salah satu warga.
Kekecewaan pun berubah menjadi kemarahan masa merasa di abaikan ketegangan pun sempat memanas ketika warga mencoba masuk ke dalam Pendopo, warga menegaskan kawasan gunung gede pangrango adalah zona rawan bencana mereka trauma gempa juga khawatir proyek di tubuh gunung gede justru membuka petaka baru, kini pertanyaan nya sederhana akankah suara warga di dengar atau proyek Geothermal akan terus di paksakan dengan resiko lingkungan yang harus di tanggung rakyat. (Rhoestama)
