Maharani Freeport Johor Tantang Dominasi Pelabuhan Singapura

Gentra Jabar, JOHOR BAHRU — Maharani Energy Freeport, sebuah pelabuhan energi baru yang megah di Johor, Malaysia, baru saja diluncurkan dengan klaim ambisius: menjadi opsi pelabuhan alternatif utama selain Singapura. Proyek reklamasi di lepas pantai Muar ini secara khusus menyasar kapal tanker bernilai tinggi, mencakup sekitar seperlima pengiriman minyak mentah global yang melintasi jalur sibuk Selat Malaka. Pelabuhan ini ditargetkan beroperasi sebagai freeport (pelabuhan bebas cukai) yang menyediakan fasilitas lengkap untuk perdagangan energi, penyimpanan, operasi ship-to-ship (STS), dan pengisian bahan bakar kapal (bunkering).

Salah satu keunggulan terbesar Maharani Freeport adalah kedalamannya yang mencapai lebih dari 24 meter. Kedalaman ini memosisikannya sebagai salah satu dari sedikit lokasi di Asia Tenggara yang secara alami mampu menampung Very Large Crude Oil Carriers (VLCC) bermuatan penuh tanpa memerlukan pengerukan mahal. VLCC adalah raksasa laut yang mampu mengangkut antara 200.000 hingga 320.000 ton minyak, dan kemudahan akses ini diharapkan mampu menarik trafik kapal-kapal besar yang selama ini terbatas di pelabuhan lain, termasuk Pelabuhan Singapura yang memiliki kedalaman maksimum sekitar 21 meter di Tuas Mega Port.

Meskipun memiliki keunggulan fisik, para pakar pelayaran dan logistik mengingatkan bahwa tantangan terbesar Maharani adalah persaingan ketat di kawasan. Singapura masih memegang kendali sebagai pusat bunkering dan perdagangan minyak terbesar di dunia, didukung oleh kompleks kilang yang masif, regulasi yang mapan selama puluhan tahun, serta kehadiran raksasa perdagangan global. Selain itu, lokasi lego jangkar Indonesia di sekitar Batam dan Tanjung Uban (Bintan) juga telah membangun reputasi kuat untuk operasi STS dan fasilitas penyimpanan berbiaya lebih rendah.

Untuk menghadapi persaingan tersebut, Maharani Freeport menawarkan insentif fiskal yang signifikan. Pelabuhan ini menjanjikan status bebas cukai bagi sebagian operator dan tarif pajak yang sangat rendah, yaitu 3 persen bagi pedagang minyak. Pakar maritim Nazery Khalid menyatakan insentif pajak yang kuat ini menunjukkan Malaysia "tidak lagi ingin bersaing di pinggiran," melainkan berhadapan langsung dengan Singapura. Ia memprediksi bahwa insentif tersebut akan menarik perusahaan pelayaran tanker, investor, dan pelaku sektor energi layaknya "lebah terhadap nektar."

Maharani Freeport berlokasi strategis di tengah Selat Malaka dikenal sebagai "jalur minyak" tersibuk di dunia yang mengangkut jutaan barel per hari. Lokasinya di lepas pantai Muar berada tepat pada rute alami kapal-kapal tanker dari Timur Tengah menuju pasar Asia Timur seperti China dan Jepang. Dalam acara peluncuran, Perdana Menteri Anwar Ibrahim menegaskan potensi proyek seluas 3.200 acre ini untuk menciptakan 45.000 lapangan kerja dan meningkatkan daya saing logistik Malaysia dalam rantai pasok global.

Meskipun potensi biaya yang lebih rendah dan kedalaman perairan menjadi keunggulan, para ahli menegaskan bahwa Maharani masih perlu membuktikan konsistensi dan keandalan operasional. Pelabuhan Singapura telah terintegrasi dengan pedagang global dan memiliki rekam jejak puluhan tahun, sementara Muar bukan merupakan simpul logistik yang terbukti. Selain tantangan operasional, proyek ini juga menghadapi kritik keras terkait dampak lingkungannya, di mana reklamasi lahan dilaporkan telah mengurangi hasil tangkapan nelayan setempat dan merusak ekosistem laut.

Terlepas dari tantangan dan kritik, para ahli melihat Maharani Freeport sebagai proyek yang visioner, memungkinkan Malaysia untuk memanfaatkan secara maksimal lokasi strategisnya di jantung jalur pelayaran utama yang selama ini belum tergarap optimal. Dengan rencana untuk mengembangkan infrastruktur energi bersih seperti pabrik hidrogen hijau dan amonia, Maharani Energy Freeport diharapkan menjadi gerbang strategis terpadu yang memosisikan Malaysia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok energi global di Asia Pasifik. (Redaksi)